Minggu, 29 Desember 2013

Dampak Buruk LED Bagi Kesehatan


Apa Itu LED
LED merupakan sebuah singkatan dari Light Emitting Diode, atau cahaya yang dihasilkan oleh emisi diode. LED adalah sebuah perangkat elektronik berupa semi-konduktor yang akan memancarkan cahaya saat arus listrik melewati celah antara katoda dan dan Anoda dalam perangat itu.
Sobat bolejuga.com, saat ini LED semacam menjadi solusi penting bagi gerakan Hemat energi. Dengan semakin majunya teknologi LED, kini telah ada produk yang memakai LED, mulai dari senter, lampu outdoor dan alat penerangan lainnya.
Bahkan kini layar-layar monitor banyak juga yang memakai teknologi LED ini. LED telah digunakan dalam layar TV, Komputer atau ponsel layar sentuh karena dianggap sebagai cara terbaik untuk menghemat listrik.

Apa Bahaya LED 
LED selain memiliki manfaat terutama dalam hal hemat energi, namun ternyata juga menyimpan hal yang berbahaya bagi manusia dan hewan. Seorang peneliti dari Universitas Complutense Madrid Spanyol, mengatakan bagwa cahaya LED berasal dari spektrum cahaya biru dan ungu yang energinya tinggi namun gelombangnya pendek.
Bila  kita terpapar oleh cahaya LED secara konsisten, baik itu dari layar komputer, handphone, TV dan juga lampu penerangan baik itu di dalam maupun diluar ruangan, maka cahaya ini bisa merusak retina mata manusia. Hal ini bakal bertambah buruk saat ini karena banyak anak-anak yang sering terpapar cahaya ini sejak usia dini.
Mata manusia dirancang hanya untuk melihat dengan bantuan cahaya, bukan untuk menatap langsung cahaya. Namun kebanyakan manusia kini membuka mata sekitar 6 ribu jam pertahun dan terus terpapar cahaya pada sebagian besar waktunya.
Bagaimanapun, saat ini tidak mungkin manusia bisa lepas dari paparan cahaya LED sehingga disarankan agar kita menggunakan kacamata yang menggunakan UV filter serta banyak memakan makanan yang banyak vitamin A supaya retina mata dapat bertahan. Selain itu juga, perlu mengstirahatkan mata dengan melihat ke alam luas seperti sawah, laut atau pegunungan agar mata segar.

Bahaya Lebih Luas LED
Studi yang melakukan penelitian terhadap dampak LED dipublikasikan dalam situs blog science2.0, memaparkan penjelasan yang lebih mengagetkan. Dalam tulisannya dijelaskan tentang kekhawatiran paparan cahaya putih LED terhadap melatonin.
Melatonin adalah senyawa yang mengatur jam biologis manusia dan juga dikenal karena sifat anti-oksidan dan anti-kankernya. Bola lampu “bercahaya putih” yang memancarkan cahaya dengan gelombang lebih pendek akan menekan produksi melatonin tubuh dari pada lampu cahaya oranye, dari hasil studi dunia tahun 2011 silam. Paparan cahaya lampu LED ternyata menekan melatonin 5 kali lebih banyak.
“Seperti halnya ada peraturan dan standar untuk polutan ‘klasik’ (red. lampu merccury), harus ada juga peraturan dan aturan untuk polusi yang berasal dari cahaya buatan pada malam hari,” kata Prof Abraham Haim dari University of Haifa.
Telah diketahui bahwa cahaya “putih” buatan (yang sebenarnya adalah cahaya biru pada spektrum, yang dipancarkan pada panjang gelombang antara 440-550 nanometer) akan menekan produksi melatonin pada kelenjar pineal otak. Juga telah diketahui bahwa dengan adanya tekanan terhadap melatonin ini, yang bertanggung jawab antara lain terhadap pengaturan jam biologis, akan menyebakan gangguan perilaku dan masalah kesehatan.
Dalam studi yang dilakukan oleh para astronom, fisikawan dan ahli biologi dari Istil-Light Sains dan Teknologi Polusi Institute di Italia, National Geophysical Data Center di Boulder, Colorado, dan University of Haifa, peneliti untuk pertama kalinya meneliti perbedaan dalam penekanan melatonin dalam berbagai jenis lampu, terutama yang digunakan untuk penerangan outdoor, seperti lampu jalan, penerangan jalan, pencahayaan mal dan sejenisnya.
Pada bagian pertama, bagian analisis dari penelitian ini, para peneliti, mengandalkan berbagai data, menghitung panjang gelombang dan energi output lampu yang umumnya digunakan untuk pencahayaan luar ruangan. Selanjutnya, mereka
membandingkan informasi dengan penelitian yang ada mengenai penekanan melatonin untuk menentukan tingkat melatonin penekanan dari masing-masing jenis bohlam.
Dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk pencahayaan buatan di kota-kota, serta pentingnya lampu hemat energi, tim peneliti mengambil sebagai titik acuan tingkat penekanan melatonin oleh bola natrium tekanan tinggi (HPS) , bola yang memberikan cahaya oranye-kuning dan sering digunakan untuk jalan dan penerangan jalan, dan membandingkan data dari lampu lain untuk yang satu itu.
Dari perbandingan ini terungkap bahwa lampu halida logam, yang menghasilkan cahaya putih dan digunakan untuk pencahayaan stadion, dan penggunaan lainnya, menekan melatonin pada tingkat lebih dari 3 kali lebih besar dari bola HPS, sedangkan bola light-emitting diode ( LED), yang menghasilka cahaya putih, menekan melatonin pada tingkat lebih dari 5 kali lebih tinggi dari bohlam HPS.

“Migrasi arus dari lampu natrium ke lampu putih yang sekarang banyak digunakan akan meningkatkan penekanan produksi melatonin pada manusia dan hewan,” kata para peneliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar