Jakarta - Beda negara beda juga gaya hidup para
warganya, hal itu juga terjadi di kalangan gamer. Mumpung lagi hot soal
Indonesia vs Australia, kira-kira apa sih perbedaan penggila game di kedua
negara ini?
Sony Wahib, Cluster Marketing Manager, PC Peripherals,
Mobility & Gaming, Logitech South East Asia baru saja datang ke Indonesia.
Pria asal Malang, Jawa Tengah, yang telah lama tinggal di Australia ini
bercerita mengenai industri game di negeri Kangguru.
"Sejak umur tiga tahun saya sudah tinggal di
Australia. Jadi maaf kalau bahasa Inggris saya lebih baik dari bahasa
Indonesia," buka Sony, saat memperkenalkan jajaran mouse gaming Logitech
di Soho Bistro, Jakarta.
Sony, yang sudah cukup lama dipercaya untuk
menangani jajaran produk gaming Logitech wilayah Australia, sudah tentu paham
betul bagaimana budaya para gamer di sana. Kini ia pun didaulat untuk menangai
wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
"Perbedaan pertama adalah usia. Di Australia,
banyak gamer yang berusia di atas 30 tahun. Sedangkan di Indonesia dan kawasan
Asia Pasifik lain kebayakan gamer masih berusia belasan tahun," terang
Sony.
Pun begitu soal daya beli barang. Gamer yang sudah
berusia mapan, menurut Sony, lebih mudah membeli perangkat game canggih meski
dibanderol dengan harga cukup tinggi.
"Mereka tidak akan pikir panjang hanya untuk
membeli keyboard seharga USD 200--sekitar Rp 2,2 jutaan," katanya.
Pun begitu soal selera game tidak ada perbedaan
antara gamer di Australia dengan Indonesia. Sony menilai di kedua negara itu
game jenis FPS, atau MMORPG sama-sama digandrungi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar