Rabu, 29 Januari 2014

Golkar Sebut Fenomena Jokowi Mirip SBY di 2004, PDIP Jadikan Pelajaran


Jakarta - Elektabilitas Joko Widodo sebagai capres pada Pemilu 2014 tak terbendung dalam survei capres mulai di sekitar awal tahun 2013 hingga saat ini. Ketua DPP Partai Golkar Yorrys Raweyai menilai fenomena Jokowi itu sama seperti fenomena SBY di awal Pemilu 2004.

"Jokowi ini fenomenal. Kalau flash back sama kayak SBY awal tahun (Pemilu) 2004 dan 2009," kata ketua DPP Golkar Yorris Raweyai dalam rilis survei SMRC di Four Season Hotel, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Rabu (29/1/2014).

Saat itu, SBY menjadi daya magnet bagi publik terutama parpol dalam Pilpres, apalagi di Pemilu 2009 yang bisa merangkul mayoritas partai dalam koalisi akbar.

Namun, Yorris menyayangkan rupanya fenomena SBY hingga menjadi presiden di dua periode tidak menghasilkan sesuatu yang bisa diakui bersama sebagai kebanggaan.

"Kita semua harapkan di ahir masa jabatan (SBY) ini, legacy (warisan) apa yang ditinggalkan? Sekarang banyak persoalan kalau dikaitkan nggak ada yang baik," ucapnya.

Sementara itu, Wasekjen PDIP Hasto Kritiyanto, menanggapi pandangan rekannya asal Partai Golkar itu. Menurut Hasto, atas itulah mengapa PDIP tak ingin berwacana dengan figur.

"Bagi kami 2004 dan 2009 memberi pelajaran ketika sistem kepemimpinan nasional ditempatkan pada figur, kita melihatnya ada yang tidak match," kata Hasto Kristiyanto dalam kesemapatan yang sama.

"Maka yang kami usung di 2014 bukan lagi pada figur, tapi konfigurasi capres didukung konfigurasi kabinet, dan kekuatan pendukung parpol yang solid. Ada juga dukungan sosiopolik seperti Muhammadiyah dan NU," lanjutnya.

Olehkarena itu lanjut Hasto, jika PDIP semata-mata melihat hanya pada hasil survei yang memenangkan Jokowi, maka PDIP bisa terjebak seperti fenomena SBY di 2004-2009.

"Survei ini 'testing the water' misal bagaimana kalau Pak Prabowo dan Pak Hatta Rajasa, bagaimana ARB dengan Mahfud MD yang ada kombinasi jawa. Ini testing the water," ucapnya.

"Tapi survei tidak menampilkan spirit parpol, sehingga persoalannya bukan seolah-olah (PDIP) sudah menang. Kita belum lihat faktor X, kekuasaan itu luar biasa," imbuh Hasto.

Menurutnya, PDIP tak ingin buru-buru mendeklrasikan capres, partainya jauh lebih ingin mengedepakan gagasan dan visi kebangsaan daripada sekedar nama capres, sehingga punya warisan yang bisa dibanggakan nantinya.

"Kami 10 tahun di luar pemeritahan, harusya tamat (elektabilitas) 0 koma, tapi kami terus meningkat," ucap Hasto menjelaskan upaya PDIP yang berhasil membumikan visi partainya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar